manfaat al-quran bagi kesehatan

10 MANFAAT AL- QURAN 



   Seperti yang telah diketahui, bahwa Al-Quran adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk dijadikan pedoman dan pegangan bagi seluruh umat manusia (tidak terbatas hanya kepada umat muslim saja). Pedoman dan pegangan inilah yang akan menuntun kita kearah yang lebih baik untuk mendapatkan rahmat dan kebaikan dari Allah SWT.
Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, yakni Dari Abi Umamah ra. Ia berkata :
“Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘ Bacalah olehmu Al-Quran, sesungguhnya ia akan menjadi pemberi syafaat pada hari kiamat bagi para pembacanya (penghafalnya)‘”
 1. Menjadi Manusia yang Baik
Rasulullah SAW menegaskan bahwa orang yang terbaik diantara manusia adalah orang yang mau mempelajari dan mengajarkan Al-Quran, sesuai dengan sabdanya,
“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Quran dan yang mengajarkannya“ (HR. Bukhari).
Oleh karena itu, orang yang terbaik didunia ini bukanlah orang-orang yang mempunyai derajat dan jabatan tinggi, bukan pula orang yang memiliki harta kekayaan yang berlebihan. Tetapi, orang terbaik disisi Allah SWT adalah orang yang mau belajar Al-Quran dan mengajarkannya kepada orang lain.
2. Memberikan Kedamaian dan Ketenangan
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Ar-Ra’d ayat 28, yang artinya :
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram“
3. Mendapatkan Sakinah, Rahmat, serta Dinaungi para Malaikat
Hal ini berdasar kepada HR. Muslim, yakni
“Tidaklah suatu kaum berkumpul disuatu masjid daripada masjid-masjid Allah, mereka membaca Al-Quran dan mempelajarinya kecuali akan turun kepada mereka ketenteraman, mereka diliputi dengan rahmat, malaikat mengelilingi mereka dan Allah menyebut-nyebut mereka dihadapan makhluk yang ada disisi-Nya.“
4. Mendatangkan Syafa’at pada Hari Kiamat
“Bacalah Al-Quran ! Sesungguhnya ia pada hari kiamat akan datang memberikan syafa’at kepada pembacanya“ ( HR. Muslim)
5. Mendapatkan Pahala yang Banyak
Hal ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, yakni
“Barang siapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah maka akan memperoleh satu kebaikan. Setiap satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf. “
6. Mendapatkan Derajat yang Lebih Tinggi
“Orang yang ahli dalam Al-Quran akan bersama dengan para malaikat pencatat yang mulia lagi taat. Dan orang yang terbata-bata membaca Al-Quran dan dia bersusah payah mempelajarinya, maka baginya dua pahala.“ (HR. Bukhari)
7. Penghilang Segala Keraguan
Al-Quran menjelaskan mana yang sesungguhnya benar, disertai penjelasan bukti-bukti yang ada. Kebenaran-Nya dengan sendirinya menghilangkan segala keraguan.
8. Hidup yang Seimbang
Al-Quran menuntun kita untuk bersikap moderat (seimbang) dalam segala hal. Melarang kita untuk berlebih-lebihan.
9. Terbebas dari Aduan Rasulullah SAW
Pada hari kiamat ada beberapa manusia yang akan diadukan oleh Rasulullah SAW dihadapan Allah SWT. Namun, jika kita terus membaca dan mengamalkan ajaran-ajaran Al-Quran maka kita akan terbebas dari aduan tersebut.
10. Sebagai pelebur dosa
Alquran yang mengingatkan kita akan dosa-dosa dan mencegah kita terjerumus kembali kedalam perbuatan-perbuatan yang menimbulkan dosa.

RUKUN ISLAM

RUKUN ISLAM
1. PENGERTIAN RUKUN ISLAM
 
Rukun Islam (Arab: أركان الإسلام arkān al-Islām; atau أركان الدين arkān al-dīn; "pilar-pilar agama") adalah lima tindakan dasar dalam Islam, dianggap sebagai pondasi wajib bagi orang-orang beriman dan merupakan dasar dari kehidupan Muslim. Kesemua rukun-rukun itu terdapat pada hadits Jibril.

2. MACAM-MACAM RUKUN ISLAM

  • Mengucapkan dua kalimah syahadah

dua kalimah syahadah

Yang dimaksud dengan syahadat ini ialah, bagaimana seorang muslim harus bisa mengucapkan dengan lisan, membenarkan dengan hati dan mengamalkannya dalam bentuk perbuatan. Apabila kita hanya mengucapkannya secara lisan tapi tidak meyakini dalam hati apalagi tidak mengamalkannya, maka ini adalah hal yang sia – sia dan rugilah kita. Saat kita mengucapkan syahadat, ini adalah bentuk ikrar bahwa kita siap menjadi hamba dan umat yang taat kepada Allah dan Rasul. Jadi tidak setengah hati dalam menghamba Allah dan meneladani Rasul.

  • Mendirikan Sholat

Mendirikan Sholat

Sholat menjadi salah satu ibadah yang diwajibkan bagi umat Islam. Sholat menjadi tiang agama bagi umat Islam. Banyak keutamaan dan kedudukan sholat yang telah dijelaskan secara gamblang dalam al-Qur’an dan hadits. Sholat adalah ibadah vertikal yang akan menghubungkan kita dengan Allah.
Umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan sholat 5 waktu dalam sehari. Hal ini telah difirmankan Allah dalam surat at-Taubah:103.
“Dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. At Taubah:103).

  • Menunaikan Zakat

Menunaikan Zakat

Selain sholat, zakat juga diwajibkan bagi umat Islam. Zakat ini merupakan bentuk dari kerelaan dan keikhlasan kita dalam menyisihkan dan menyalurkan harta kepada orang tertentu dan pada waktu tertentu. Seorang muslim yang berharta dan sudah mencapai nisab, maka dia diwajibkan untuk menyalurkan zakat harta tiap tahun.
Allah menegaskan dalam surat al – Baqarah: 43: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’”
  • Berpuasa di bulan Ramadhan

Puasa Ramadhan

Puasa adalah salah satu bentuk ibadah kita kepada Allah dalam menjalankan perintah-Nya. Kita diwajibkan untuk berpuasa, menahan lapar dan dahaga serta hawa nafsu sejak terbit fajar hingga terbenam matahari. Puasa merupakan ibadah yang menjadi sarana agar kita bisa menjadi hamba yang bertaqwa kepada-Nya.
  • Menunaikan haji di Mekkah bagi muslim yang mampu

Menunaikan haji

Rukun Islam yang ke-5 ini menegaskan kepada muslim yang mampu untuk menunaikan haji di Makkah, setidaknya satu kali seumur hidup. Ibadah haji adalah ibadah yang melibatkan antara ruh, badan dan harta. Syarat untuk haji adalah; kita beragama Islam, baligh dan berakal sehat, serta mampu.


RUKUN IMAN

1.PENGERTIAN RUKUN IMAN

          Sebagaimana firman Allah dalam surat al – Baqarah, yang artinya; : “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi ..” (QS Al Baqarah: 177).
Sebelum membahas pada setiap poin tentang rukun iman, lebih baik mengartikan terlebih dahulu pengertian dari rukun iman. Rukun yang ada pada rukun iman adalah dasar, landasan, atau asas. Yang memiliki arti 6 hal yang telah disebutkan dalam rukun iman yaitu landasan yang dasar dan utama dalam beragama.
Sebelum membahas lebih dalam tentang Rukun Iman, ada baiknya kita mengingat – ingat kembali tentang arti rukun Iman itu sendiri. Rukun dalam frase ‘Rukun Iman’ merupakan sebuah landasan, dasar atau asas. Kita belum dikatakan sempurna dalam beragama apabila tidak meyakini dan mengamalkan apa yang terkandung dalam rukun Iman yang 6 tersebut. 6 rukun Iman ini memiliki makna yang saling berhubungan. Dengan demikian, kita haruslah mempercayai dan meyakini kesemuanya.
Hal ini digambarkan Allah dalam surat An – Nisa ayat 59 yakni : “Atiullha Wa’Ati’urrosuula..” yang artinya  adalah “ikutilah Allah dan ikutilah Rasul..” Dari ayat ini kita menjadi tahu bahwa saat kita beriman kepada Allah, maka kita pun harus beriman dan percaya pada Rasul – Rasul Allah.
Kita dapat membuktikannya dengan mengucapkannya secara lisan, meyakininya dalam hati dan mengamalkannya dalam perbuatan yang nyata.

2.MACAM MACAM RUKUN IMAN 

     A.IMAN KEPADA ALLAH
          
iman kepada allah
Seorang yang mengaku muslim tidak akan dikatakan beriman kepada Sang Khalik apabila tidak meyakini dan mengimani 4 hal; beriman akan adanya Allah, beriman pada rubbubiah Allah, dimana tidak ada dzat lain yang menciptakan, menguasai, dan mengatur seluruh alam  semesta kecuali Allah SWT. Bukan hanya itu saja, kita juga harus beriman pada uluhiyyah Allah, dimana tidak ada sembahan yang patut disembah kecuali Allah dan kita pun harus mengingkari sesembahan selain Allah SWT.

2. IMAN KEPADA MALAIKAT ALLAH SWT. 

iman kepada malaikat allah
Malaikat adalah makhluk Allah yang sepanjang hidupnya selalu patuh dan taat kepada Allah. Untuk itu, kita sebagai seorang muslim harus mengimani adanya malaikat – malaikat Allah. Kita juga harus percaya bahwa malaikat memiliki wujud. Malaikat telah Allah ciptakan dari cahaya.
Keharusan untuk meyakini adanya malaikat ini sejalan dengan apa yang Allah firmankan dalam al – Qur’an;
“Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada memiliki rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya” (QS. Al-Anbiya: 19-20).

3. IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SWT.
 
Iman Kepada Kitab-Kitab Allah
Seorang muslim harus mengimani dan meyakini bahwa al – Qur’an adalah penghapus hukum dari semua kitab – kitab yang sudah turun sebelumnya. Untuk itu, agar menjadi muslim yang baik lagi sempurna, marilah kita isi hari – hari kita dengan memperbanyak membaca al – Qur’an. Berpedoman kepada al – Qur’an akan menjadikan hidup lebih berkah dan bermanfaat. Selain itu kita menjadi semakin dekat dengan Allah.

4. IMAN KEPADA RASUL-RASUL ALLAH SWT. 

Iman kepada Rasul- Rasul Allah 

Rukun Iman ke-4 ini menegaskan kita akan keharusan beriman pada Rasul – Rasul Allah. Di antara laki – laki terpilih ini telah Allah tugaskan untuk menjadi perantara untuk diri-Nya dengan seluruh makhluk-Nya. Kita harus mempercayai bahwa wahyu yang telah diberikan kepada Nabi dan Rasul ialah benar dan bersumber dari Allah SWT. Dengan demikian bisa dikatakan jika seseorang mengingkari salah satu dari Rasul – Rasul Allah, maka sama artinya seseorang tersebut telah mengingkari semua Nabi dan Rasul Allah yang lain.
Hal ini telah dijelaskan oleh Allah dalam al – Qur’an : “Sesungguhnya Kami telah memberikan wahhyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan Nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya’qub dan anak cucunya, ‘Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud” (QS. An Nisa:163).
 
5. IMAN KEPADA HARI AKHIR 

Iman kepada hari akhir 

Sebagai muslim yang bertaqwa, kita harus percaya akan adanya kehidupan setelah kematian. Yakni alam barzakh ( alam di antara dunia dan akhirat). Kita juga harus mempercayai dan mengimani akan adanya tanda – tanda hari akhir. Selain itu, wajib pula bagi kita untuk mempercayai adanya hari kebangkitan di Padang Mahsyar, dan akan berakhir di Surga atau Neraka.  
Lalu, mereka yang telah mati akan Allah bangkitkan untuk dimintai pertanggungjawaban atas semua amal perbuatan yang pernah dilakukan selama masih hidup di dunia. Sebagaimana yang telah Allah nyatakan dalam firman-Nya; ”Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan perrtama begitulah Kammi akan mengulanginya, janji dari Kami, sesungguhnya Kami pasti akan melakukannya.” (QS. Al-Anbiya: 104)

6. IMAN KEPADA QADA' DAN QADAR (TAKDIR  BAIK DAN TAKDIR BURUK)
 
Seseorang yang meyakini Qada’ dan Qadar Allah tidak akan menjadi muslim yang sering mengeluh, sebab mereka meyakini bahwa semua kejadian yang baik atau buruk adalah dari Allah SWT. Allah telah menetapkan takdir baik dan buruk untuk semua makhluk-Nya, bahkan jauh sebelum kita lahir ke dunia ini.


PUASA

PUASA


 Puasa adalah tindakan sukarela dengan berpantang dari makanan, minuman, atau keduanya, perbuatan buruk dan dari segala hal yang membatalkan puasa untuk periode waktu tertentu[1]. Puasa mutlak biasanya didefinisikan sebagai berpantang dari semua makanan dan cairan untuk periode tertentu, biasanya selama satu hari (24 jam), atau beberapa hari. Puasa lain mungkin hanya membatasi sebagian, membatasi makanan tertentu atau zat. Praktik puasa dapat menghalangi aktivitas seksual dan lainnya serta makanan. Puasa, sering dilakukan dalam rangka menunaikan ibadah, juga dilakukan di luar kewajiban ibadah untuk meningkatkan kualitas hidup spiritual seseorang yang melakukannya. Hal semacam ini sering ditemukan dalam diri pertapa atau rahib. Inti dari maksud dan tujuan puasa itu adalah pengekangan diri dari sebuah keinginan untuk mencapai sebuah tujuan. Oleh karenanya, puasa dapat didefinisikan sebagai usaha pengekangan diri dari sebuah keinginan yang dilarang untuk mencapai sebuah tujuan.


PUASA DAN AGAMA

 1.PUASA DALAM YAHUDI
 Dalam Yahudi Puasa untuk umat Yahudi bermakna menahankan diri keseluruhannya dari makanan dan minuman, termasuk air. Gosok gigi diharamkan pada puasa hari besar Yom Kippur dan Tisha B'Av, tetapi dibenarkan pada puasa hari kecil. Umat Yahudi yang mengamalkan berpuasa sampai ke enam hari pada satu tahun. Dengan pengecualian Yom Kippur, puasa tidak dibenarkan pada hari Sabat, karena rukun menyimpan hari Sabat itu adalah menurut Alkitab(injil) ditentukan dan mengatasi hari-ari puasa berinstitusi rabbi kemudian. Yom Kippur adalah satu-satunya rukun yang mana ditentukan dalam Torah.

2.Puasa dalam Kristen

 Dalam Kristen Pada umumnya, Ajaran Puasa Umat Kristen Intinya adalah pertobatan, melawan keinginan duniawi, keinginan daging yang di maksud arti daging dalam arti kristen daging adalah manusia itu sendiri karna manusia berdaging maka umat kristen lebih sering menyebutkan manusia dalam kata-kata tertentu sebagai daging jadi artinya keinginan daging yaitu keinginan manusia itu sendiri, dan juga mengajarkan berpuasa agar sebisa mungkin tidak memberitahukan atau di ketahui kepada sesamanya yang sedang berpuasa atau sesamanya yang sedang tidak berpuasa termasuk merahasiakan hari apa dia akan mulai berpuasa, menyamarkan tubuhnya agar tidak terlihat sedang berpuasa dari orang lain bahkan sesama keyakinan sendiri, itu sebabnya Puasa Kristen pada Umumnya banyak yang tidak diketahui keberadaanya oleh keyakinan non Kristen dan media publik. Dalam beberapa aliran Kristen hanya pelaksanaan dan tata caranya saja yang berbeda inti dan tujuanya sama.

3.Puasa dalam Katolika (Katolik)

   Dalam Katolik Romapuasa biasanya dilakukan dengan makan kenyang satu kali sehari (dalam waktu 24 jam), wajib dilakukan pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung; masing-masing uskup dapat mengatur rincian ketentuan atas hal tersebut disesuaikan dengan keadaan di keuskupannya. Minum air tidak termasuk soal puasa. Namun saat sekarang ini lebih ditekankan makan kenyang satu kali sehari menahan hal-hal dari keinginan dunia dan keinginan daging (manusia), seperti tidak makan tidak minum termasuk menahan nafsu, sikap, dan juga hal-hal yang paling disukai. Ini dilakukan selama 40 hari menjelang Paskah atau di kenal sebagai masa Prapaskah. Di samping puasa resmi, secara pribadi umat Katolik disarankan untuk berpuasa pada hari-hari lain yang dipilihnya sendiri sebagai ungkapan tobat dan laku tapa. Selain berpuasa, Gereja juga mempunyai kebiasaan berpantang. Pantang diharapkan untuk dilakukan setiap Jumat sepanjang tahun, kecuali jika hari Jumat itu bertepatan dengan hari raya gerejawi. Pada hari-hari puasa dan pantang, Umat Katolik diharapkan dapat meluangkan lebih banyak waktu dan perhatian untuk berdoa, beribadat, melaksanakan olah tobat dan karya amal.

4.Puasa dalam Protestan

    Dalam Protestan, keyakinan puasa Kristen Protestan tidak ada bedanya dengan katolik melawan keinginan dunia keinginan daging(manusia) yaitu puasa makan minum dan hal-hal yang tidak baik dalam tingka laku juga pikiran, dalam perotestan dan aliran protestan yang lain ada juga Cara Puasa dalam hal-hal tertentu selain puasa makan dan minum yaitu berpuasa mengenai rutinitas yang sering dilakukan yg paling disukainya Contohnya: Puasa Tidak menonton Tv atau puasa mendegarkan lagu selama 1 minggu, 1 bulan atau dalam jangka waktu tertentu, ada juga contoh-contoh lain yaitu rutinitas dimana kalau sedang tidak berpuasa itu sulit di hindari Rutinitas seperti itulah yang di puasakan dalam Protestan, umat katolik juga biasa melakukan puasa ini, karna inti dalam puasa Kristen ialah menahan hawa nafsu, keinginan duniawi. Tujuan berpuasa juga sama dengan Katolik sesuai ajaran dalam alkitab (injil), yang membedakanya hanya pelaksanaan dan tatacarannya. Puasa protestan tidak berpatokan pada hari-hari tertentu harus berpuasa, tetapi dalam keyakinan Protestan Pribadi masing-masing yaitu manusia itu sendiri yang menentukan hari untuk berpuasa yang dipilihnya sendiri selama 1 minggu, 1 bulan dan jangka waktu tertentu yang dipilihnya di harapkan bisa lagi berlanjut di bulan-bulan berikutnya. Dalam melaksanakanya Pribadi yang berpuasa sebisa mungkin tidak di ketahui oleh kerabat, sanak soudara, dan orang-orang di sekitarnya di saat berpuasa, oleh sebab itu puasa Protestan tidak di umumkan secara resmi. Agama Kristen Protestan secara resmi tidak mewajibkan untuk berpuasa yang berarti tidak memiliki bulan khusus untuk berpuasa, tetapi Ketua masing- masing Gereja mengajarkan pada umatnya menyempatkan diri agar sesering mungkin Berdoa dan Berpuasalah dengan keinginan, ketulusannya sendiri bukan karena paksaan. Patokan berpuasa Umat Kristen Katolik dan Kristen Protestan sama-sama mengambil dasar dalam ajara  Alkitab.

6.Puasa dalam Islam

    Dalam Islam, puasa (disebut juga Shaum) yang bersifat wajib dilakukan pada bulan Ramadhan selama satu bulan penuh dan ditutup dengan Hari Raya Idul Fitri. Puasa dilakukan dengan menahan diri dari makan dan minum dan dari segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari dengan niat sesuai perintah dalam kitab suci umat Islam Al Quran. Puasa juga menolong menanam sikap yang baik dan kesemuanya itu diharapkan berlanjut ke bulan-bulan berikutnya dan tidak hanya pada bulan puasa. Jika didasarkan pada ritual puasa itu sendiri, maka jika kita hendak mengakhirinya atau berbuka, maka terasa bertolak belakang jika kita tidak berbuka sekedarnya saja.

SYARAT AGAR KITA DAPAT BERKUMPUL BERSAMA KELUARGA DI SURGA



Reuni merupakan momen indah yang banyak ditunggu. Setelah sekian lama tidak berjumpa, dipisahkan oleh jarak dan rutinitas baru, kita berkeinginan  untuk bertemu kembali dengan kawan lama dalam suasana gembira dan penuh nostalgia. 

Kegiatan ini diselenggarakan bukan saja oleh mereka yang memiliki kesamaan sekolah, tapi seringkali dilakukan pula oleh paguyuban yang memiliki kesamaan keturunan, asal-usul daerah, atau kesamaan bentuk lainnya. 

Meluasnya penggunaan teknologi informasi khususnya jejaring sosial yang mampu melacak keberadaan kawan lama telah ikut mendorong meningkatnya aktifitas reunian di berbagai kalangan. Suasana romantisme masa lalu telah membuat reuni menjadi peristiwa yang diharapkan. Bahkan diperjuangkan.
 Bagi muslimin ada satu reuni yang memiliki nilai luar biasa, yaitu kesempatan bertemunya kembali keluarga besar seketurunan di tempat baru yang sangat menyenangkan di akhirat kelak. 

Allah berfirman dalam QS Ar-Ra’d [13]: 22-24 yang artinya "Orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), yaitu Surga ‘Adn yang mereka masuk kedalamnya bersama-sama orang yang saleh dari bapak-bapak mereka, istri-istri mereka, dan anak-cucu mereka, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan), ‘salaamun alaikum bimaa shabartum (keselamatan atasmu berkat kesabaranmu). ‘Maka, alangkah baiknya tempat kesudahan itu" 

Sayyid Quthb dalam "Tafsir Fi Zhilalil-Qur’an" menjelaskan peristiwa di atas  laksana  sebuah festival atau reuni dimana mereka saling bertemu, mengucapkan salam, dan melakukan perbuatan-perbuatan yang menyenangkan dan menggembirakan serta penuh dengan penghormatan.
 Kebersamaan di surga tersebut tentu tidak mudah untuk dicapai, karena dalam kisah yang dijelaskan Alquran banyak keturunan/keluarga yang tidak lagi bisa bertemu di akhirat, seperti: Nabi Nuh dengan putra dan istrinya, Asiyah yang solehah dengan suaminya (Firaun), dan Nabi Luth dengan istrinya. Namun bertemunya  keluarga besar di surga bukan pula sesuatu yang tidak mungkin.   
Allah menjelaskan dalam QS. Ar-Ra’d [13] : 18-21 kita bersama keluarga besar bisa bertemu di surga ‘Adn, asal dapat memenuhi delapan syarat. 

1. Pertama, memenuhi seruan Tuhannya Barang siapa yang patuh kepada Allah niscaya ia akan mendapatkan pembalasan yang sebaik-baiknya.
2. Kedua, memenuhi janji Allah dan tidak melanggar perjanjian. Janji Allah disini mutlak, meliputi semua macam perjanjian. Janji terbesar yang menjadi pokok pangkal semua perjanjian ialah janji iman. Perjanjian untuk setia menunaikan segala konsekuensi iman.
3. Ketiga, menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan. Dalam hal ini taat secara paripurna, istiqomah yang berkesinabungan, dan berjalan di atas sunnah sesuai dengan  aturan-Nya dengan tidak menyimpang dan tidak berpaling.
4. Kempat, takut kepada Allah.  Takut kepada Allah dan takut kepada siksaan yang buruk dan menyedihkan pada hari pertemuan yang menakutkan.
5. Kelima, sabar.  Sabar atas semua beban perjanjian di atas (seperti beramal, berjihad, berdakwah, berijtihad), sabar dalam menghadapi kenikmatan dan kesusahan, dan sabar dalam menghadapi kebodohan dan kejahilan manusia yang sering menyesakkan hati.
6.Keenam,  mendirikan Shalat.   Ini termasuk juga  memenuhi janji dengan Allah. Shalat  ditonjolkan karena merupakan rukun pertama perjanjian ini, sekaligus menjadi lambang penghadapan  diri secara  tulus dan sempurna kepada Allah. Juga penghubungan yang jelas antara hamba dengan Tuhan, yang tulus dan suci.
7.Ketujuh,  Menginfakkan sebagian rezeki secara sembunyi atau terang-terangan.
8. Kedelapan, menolak kejahatan dengan kebaikan dalam pergaulan sehari-hari. Dalam hal ini diperintahkan membalas kejelekan dengan kebaikan apabila tindakan ini memang dapat menolak  kejahatan itu, bukan malah menjadikan yang bersangkutan semakin senang berbuat kejahatan.
  Delapan syarat ini telah Allah jamin akan menghantarkan seseorang dapat berkumpul di surga ‘Adn. Mereka mendapati tempat kesudahan yang baik.  
Di samping masuk surga, mereka juga dimuliakan  dengan bertemunya kembali  dengan orang-orang yang mereka cintai. Hal ini merupakan kelezatan lain yang mereka rasakan di dalam surga.  Semoga kita termasuk di dalamnya. Amin.


MAHKOTA SURGAWI YANG DITERIMA DISURGA



Ada lima mahkota surgawi yang disebutkan dalam Perjanjian Baru, yang akan diberikan kepada para orang-percaya. Mereka adalah mahkota yang abadi, mahkota sukacita, mahkota kebenaran, mahkota kemuliaan, dan mahkota kehidupan. Kata Yunani yang diterjemahkan sebagai "mahkota" adalah stephanos(asal kata dari nama Stefanus, sang martir), yang memiliki makna "lambang kebangsawanan, hadiah dalam permainan atau simbol kehormatan pada umumnya."


Mahkota digunakan dalam pertandingan Yunani kuno; rangkaian atau untaian daun yang diletakkan di atas kepala pemenang sebagai hadiah untuk memenangkan kontes atletik. Kehormatan atletik ini digunakan sebagai kiasan dalam Perjanjian Baru terhadap imbalan surga yang Allah janjikan kepada orang-orang yang setia. 1 Korintus 9: 24-25 menjelaskan dengan baik bagaimana mahkota-mahkota tersebut diberikan.


1) Mahkota yang Abadi - (1 Korintus 9:24-25) "Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi."


Segala sesuatu yang ada di bumi ini akan membusuk dan binasa. Yesus mendorong kita untuk tidak mengumpulkan harta di bumi karena "ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya" (Mat 6:19). Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Paulus tentang untaian daun dari para atlet, yang segera akan berubah menjadi layu dan berguguran. Lain halnya dengan mahkota surgawi; ketekunan dari kesetiaan akan memenangkan imbalan surgawi yang merupakan "suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu" (1 Ptr 1:3-5).


2) Mahkota Sukacita - (1 Tesalonika 2:19) "Sebab siapakah pengharapan kami atau sukacita kami atau mahkota kemegahan kami di hadapan Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatangan-Nya, kalau bukan kamu?" Rasul Paulus menyerukan dalam Filipi 4:4 agar "bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan" atas berkat melimpah yang Allah telah anugerahkan kepada kita.


Sebagai orang Kristen, kita memiliki lebih banyak alasan untuk bersukacita dalam kehidupan ini ketimbang orang lain. Lukas mengatakan kepada kita bahwa ada sukacita di surga, bahkan pada saat ini (Luk 15:7). Mahkota sukacita akan menjadi imbalan kita di mana "Ia akan menghapus segala air mata . . . dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu" (Why 21:4).


3) Mahkota Kebenaran - (2 Timotius 4:8) "Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya." Kita mewarisi mahkota ini melalui kebenaran Kristus. Tanpa kebenaran Kristus, mahkota ini tidak dapat diperoleh. Karena mahkota ini dimiliki seseorang melalui kebenaran, yang tidak diperoleh dengan kekerasan atau penipuan, seperti halnya bagaimana mahkota duniawi didapatkan, mahkota ini merupakan mahkota yang kekal. Ini dijanjikan bagi semua orang yang mengasihi Allah dan menantikan kedatangan-Nya kembali.


Melalui keputusasaan, penganiayaan, penderitaan yang terus-menerus, atau bahkan kematian, kita tahu dengan pasti kalau upah kita adalah bersama dengan Kristus dalam kekekalan (Flp 3:20). Mahkota ini bukan untuk mereka yang bergantung pada kebenaran mereka sendiri. Sikap semacam itu hanya menghasilkan kesombongan dan keangkuhan, bukan kerinduan untuk bersama dengan Allah.


4) Mahkota Kemuliaan - (1 Petrus 5:4) "Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu." Kata kemuliaan ini adalah kata yang menarik, merujuk pada sifat Allah dan tindakan-Nya. Kata ini melibatkan kemegahan dan kecemerlangan-Nya yang luar biasa. Ingatlah Stefanus yang, sedang dilempari batu sampai mati, bisa melihat ke langit dan melihat kemuliaan Allah (Kis 7:55-56).


Kata ini juga berarti bahwa puji dan hormat yang kita berikan kepada Allah semata-mata karena-Nya dan karena siapa Dia (Yes 42:8; 48:11; Gal 1:5). Para orang-percaya sangat diberkati karena bisa masuk ke dalam kerajaan-Nya; untuk menerima mahkota kemuliaan; untuk menerima keserupaan dengan Kristus sendiri. Seperti yang Paulus katakan, "Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita" (Rm 8:18).


5) Mahkota Kehidupan - (Wahyu 2:10) "Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan." Mahkota ini adalah untuk semua orang-percaya, tapi khususnya diperuntukkan bagi mereka yang bertahan dalam penderitaan, berani dianiaya, bahkan sampai mati syahid karena Yesus.


Di Alkitab, kata kehidupan seringkali digunakan untuk merujuk kepada “hubungan yang benar dengan Allah.” Yesus berkata, "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan" (Yoh 10:10). Sama seperti udara, makanan, dan air yang sangat penting untuk kehidupan fisik, Yesus sangat penting untuk kehidupan rohani kita.


Dialah yang memberikan "air hidup." Dialah "roti hidup" (Yoh 4:10; 6:35). Kehidupan duniawi kita akan berakhir. Tapi, kita memiliki janji yang luar biasa bagi semua yang datang kepada Allah melalui Yesus: "Dan inilah janji yang telah dijanjikan-Nya sendiri kepada kita, yaitu hidup yang kekal" (1 Yoh 2:25).


Yakobus mengatakan bahwa mahkota kehidupan ini diperuntukkan bagi semua orang yang mengasihi Allah (Yak 1:12). Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana kita menunjukkan kasih kita kepada Allah? Rasul Yohanes menjawab pertanyaan ini: "Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat" (1 Yoh 5:3).


Sebagai anak-anak-Nya, kita harus mematuhi perintah-Nya, taat dengan penuh kesetiaan kepada-Nya. Jadi, ketika kita menanggung pencobaan, kesakitan, sakit hati, dan kesengsaraan yang pasti menimpa kita – selama kita hidup – kita bisa terus bergerak maju, selalu "dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan" (Ibr 12:2), untuk menerima mahkota kehidupan yang sudah menanti kita. 





SHALAT

1.PENGERTIAN SHALAT



        SALAT merujuk kepada ritual ibadah pemeluk agama islam Menurut syariat Islam, praktik salat harus sesuai dengan segala petunjuk tata cara Nabi Muhammad sebagai figur pengejawantah perintah Allah Umat muslim diperintahkan untuk mendirikan salat karena menurut surdapat mencegaah AL-'ANKANBUTapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.


2. HUKUM SHALAT

  Dalam banyak hadis, Nabi Muhammad telah memberikan peringatan keras kepada orang yang suka meninggalkan salat wajib, mereka akan dihukumi menjadi KAFIR dan mereka yang meninggalkan salat maka pada hari kiamat akan disandingkan bersama dengan orang-orang, seperti QARUN,FIRAUN,HAMAN dan UBAY BIN KHALAF
Hukum salat dapat dikategorisasikan sebagai berikut:

  • FARDU Salat fardhu ialah salat yang diwajibkan untuk mengerjakannya. Salat fardhu terbagi lagi menjadi dua, yaitu:
    •  FARDU AIN adalah kewajiban yang diwajibkan kepada MUKALLAF langsung berkaitan dengan dirinya dan tidak boleh ditinggalkan ataupun dilaksanakan oleh orang lain, sepertishalat lima waktu , dan salat jumat (fardhu 'ain untuk pria).
    • fardu kifayah adalah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf tidak langsung berkaitan dengan dirinya. Kewajiban itu menjadi sunnah setelah ada sebagian orang yang mengerjakannya. Akan tetapi bila tidak ada orang yang mengerjakannya maka kita wajib mengerjakannya dan menjadi berdosa bila tidak dikerjakan, seperti salat jenazah.
  • salat sunah (salat nafilah) adalah salat-salat yang dianjurkan atau disunnahkan akan tetapi tidak diwajibkan. Salat nafilah terbagi lagi menjadi dua, yaitu:
    • Nafil muakkad adalah salat sunah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat (hampir mendekati wajib), seperti salat dua hari raya, salat sunah witir dan salat sunah thawaf
    • Nafil ghairu muakkad adalah salat sunah yang dianjurkan tanpa penekanan yang kuat, seperti salat sunah rawatib dan salat sunah yang sifatnya insidentil (tergantung waktu dan keadaan, seperti salat kusuf/khusuf hanya dikerjakan ketika terjadi gerhana).


3.RUKUN SHALAT 
  1. Berdiri bagi yang mampu
  2. Takbiratul ihram.
  3. Membaca surat AL FATIHAH pada tiap rakaat
  4. Rukuk dan tuma’ninah
  5. Iktidal setelah rukuk dan tuma'ninah.
  6. Sujud dua kali dengan tuma'ninah
  7. Duduk antara dua sujud dengan tuma'ninah.
  8. Duduk dan membaca tasyahud akhir.
  9. Membaca salawat nabi pada tasyahud akhir.
  10. Membaca salam yang pertama.
  11. Tertib melakukan rukun secara berurutan.



    

KURBAN DAN AKIKAH

 A.KURBAN

1.PENGERTIAN KURBAN

      Setiap tanggal 10 Dzul Hijjah, semua umat Islam yang tidak melaksanakan haji merayakan hari raya Idul Adha. Pada hari itu, umat Islam sangat disunnahkan untuk berqurban dimana mereka menyembelih hewan qurban untuk kemudian dibagi-bagikan kepada seluruh umat Islam di suatu daerah. Lalu apakah sebenarnya Qurban itu? Dibawah ini akan dijelaskan secara lengkap.
Qurban berasal dari bahasa Arab, “Qurban” yang berarti dekat (قربان). Kurban dalam islam juga disebut dengan al-udhhiyyah dan adh-dhahiyyah yang berarti binatang sembelihan, seperti unta, sapi (kerbau), dan kambing yang disembelih pada hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyriq sebagai bentuk taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah.
         
2.DALIL SYA'RIAT KURBAN

                Allah SWT telah mensyariatkan kurban dengan firman-Nya, “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membencimu dialah yang terputus                                    (Al-Kautsar: 1 — 3).
“Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagai syiar Allah. Kamu banyak memperoleh kebaikan dari padanya, maka sebutlah nama Allah ketika kamu menyembelihnya.” (Al-Hajj: 36).
           

3.HUKUM  KURBAN
     
          Ibadah kurban hukumnya sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan). Bagi orang yang mampu melakukannya lalu ia meninggalkan hal itu, maka ia dihukumi makruh. Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa Nabi saw pernah berkurban dengan dua kambing kibasy yang sama-sama berwarna putih kehitam-hitaman dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelih kurban tersebut, dan membacakan nama Allah serta bertakbir (waktu memotongnya).
Dari Ummu Salamah ra, Nabi saw bersabda, “Dan jika kalian telah melihat hilal (tanggal) masuknya bulan Dzul Hijjah, dan salah seorang di antara kamu ingin berkurban, maka hendaklah ia membiarkan rambut dan kukunya.” HR Muslim
Arti sabda Nabi saw, ” ingin berkorban” adalah dalil bahwa ibadah kurban ini sunnah, bukan wajib.
Diriwayatkan dari Abu Bakar dan Umar ra bahwa mereka berdua belum pernah melakukan kurban untuk keluarga mereka berdua, lantaran keduanya takut jika perihal kurban itu dianggap wajib.


B.AKIKAH

1.PENGERTIAN AKIKAH

         
Akikah adalah pengurbanan hewan  dalam syariat islam sebagai bentuk rasa syukur umat Islam terhadap Allah SWT. mengenai bayi yang dilahirkan. Hukum akikah menurut pendapat yang paling kuat adalah sunnah muakad dan ini adalah pendapat jumhur ulama menurut hadits . Kemudian ada ulama yang menjelaskan bahwa akikah sebagai penebus adalah artinya akikah itu akan menjadikan terlepasnya kekangan jinyang mengiringi semua bayi sejak lahir.

2.SYARIAT AKIKAH

          Imam Ahmad dan Tirmidzi meriwayatkan dari Ummu Karaz Al Ka’biyah bahwa ia bertanya kepada rasulullah tentang akikah. Dia bersabda, “Bagi anak laki-laki disembelihkan dua ekor kambing dan bagi anak perempuan disembelihkan satu ekor, dan tidak akan membahayakan kamu sekalian, apakah (sembelihan itu) jantan atau betina.”
       Bisa disimpulkan bahwa jika seseorang berkemampuan untuk menyembelih 2 ekor kambing bagi 'Aqأqah anak laki-lakinya, maka sebaiknya ia melakukannya, namun jika tidak mampu maka 1 ekor kambing untuk 'Aqأqah anak laki-lakinya juga diperbolehkan dan mendapat pahala
Kata akikah berasal dari bahasa arab. Secara etimologi, ia berarti 'memutus'. 'Aqqa wi¢lidayhi, artinya jika ia memutus (tali silaturahmi) keduanya. Dalam istilah, akikah berarti "menyembelih kambing pada hari ketujuh (dari kelahiran seorang bayi) sebagai ungkapan rasa syukur atas rahmat Allah swt berupa kelahiran seorang anak".
       Akikah merupakan salah satu hal yang disyariatkan dalam agama islam. Dalil-dalil yang menyatakan hal ini, di antaranya, adalah hadits Rasulullah saw, "Setiap anak tertuntut dengan akikahnya'? Ada hadits lain yang menyatakan, "Anak laki-laki (akikahnya dengan 2 kambing) sedang anak perempuan (akikahnya) dengan 1 ekor kambing'? Status hukum akikah adalah sunnah. Hal tersebut sesuai dengan pandangan mayoritas ulama, seperti Imam Syafi'i, Imam Ahmad dan Imam Malik, dengan berdasarkan dalil di atas. Para ulama itu tidak sependapat dengan yang mengatakan wajib, dengan menyatakan bahwa seandainya akikah wajib, maka kewajiban tersebut menjadi suatu hal yang sangat diketahui oleh agama, dan seandainya akikah wajib, maka rasulullah  juga pasti telah menerangkan akan kewajiban tersebut.
           Beberapa ulama seperti Imam Hasan Al-Bashri, juga Imam Laits, berpendapat bahwa hukum akikah adalah wajib. Pendapat ini berdasarkan atas salah satu hadits di atas, "Kullu ghuli¢min murtahanun bi 'aqiqatihi'? (setiap anak tertuntut dengan akikahnya), mereka berpendapat bahwa hadits ini menunjukkan dalil wajibnya akikah dan menafsirkan hadits ini bahwa seorang anak tertahan syafaatnya bagi orang tuanya hingga ia diakikahi. Ada juga sebagian ulama yang mengingkari disyariatkannya (masyri»'iyyat) akikah, tetapi pendapat ini tidak berdasar sama sekali. Dengan demikian, pendapat mayoritas ulama lebih utama untuk diterima karena dalil-dalilnya, bahwa akikah adalah sunnah.
       Bagi seorang ayah yang mampu hendaknya menghidupkan sunnah ini hingga ia mendapat pahala. Dengan syariat ini, ia dapat berpartisipasi dalam menyebarkan rasa cinta di masyarakat dengan mengundang para tetangga dalam walimah akikah tersebut.
     Mengenai kapan akikah dilaksanakan, rasulullah S.A.W bersabda, "Seorang anak tertahan hingga ia diakikahi, (yaitu) yang disembelih pada hari ketujuh dari kelahirannya dan diberi nama pada waktu itu'?. Hadits ini menerangkan bahwa akikah mendapatkan kesunnahan jika disembelih pada hari ketujuh. Sayyidah Aisyah ra dan Imam Ahmad berpendapat bahwa akikah bisa disembelih pada hari ketujuh, atau hari keempat belas ataupun hari keduapuluh satu. Sedangkan Imam Malik berpendapat bahwa sembelihan akikah pada hari ketujuh hanya sekadar sunnah, jika akikah disembelih pada hari keempat, atau kedelapan ataupun kesepuluh ataupun sesudahnya maka hal itu dibolehkan.
      Menurut hemat penulis, jika seorang ayah mampu untuk menyembelih akikah pada hari ketujuh, maka sebaiknya ia menyembelihnya pada hari tersebut. Namun, jika ia tidak mampu pada hari tersebut, maka boleh baginya untuk menyembelihnya pada waktu kapan saja. 'Akikah anak laki-laki berbeda dengan akikah anak perempuan. Ini merupakan pendapat mayoritas ulama, sesuai hadits yang telah kami sampaikan di atas. Sedangkan Imam Malik berpendapat bahwa akikah anak laki-laki sama dengan akikah anak perempuan, yaitu sama-sama 1 ekor kambing. Pendapat ini berdasarkan riwayat bahwa rasulullah  mengaqikahi Hasan dengan 1 ekor kambing, dan Husein (keduanya adalah cucu) dengan 1 ekor kambing.
      Bisa disimpulkan bahwa jika seseorang berkemampuan untuk menyembelih 2 ekor kambing bagi akikah anak laki-lakinya, maka sebaiknya ia melakukannya, namun jika tidak mampu maka 1 ekor kambing untuk akikah anak laki-lakinya juga diperbolehkan dan mendapat pahala.
Mungkin akan timbul pertanyaan, mengapa agama Islam membedakan antara akikah anak laki-laki dan anak perempuan, maka jawabannya adalah bahwa seorang muslim, ia berserah diri sepenuhnya pada perintah Allah swt, meskipun ia tidak tahu hikmah akan perintah tersebut, karena akal manusia terbatas. Barangkali juga bisa diambil hikmahnya yaitu untuk memperlihatkan kelebihan seorang laki-laki dari segi kekuatan jasmani, juga dari segi kepemimpinannya (qawwamah) dalam suatu rumah tangga.
       Dalam penyembelihan akikah, banyak hal yang perlu diperhatikan, di antaranya, sebaiknya tidak mematahkan tulang dari sembelihan akikah tersebut, dengan hikmah tafa'™ul (berharap) akan keselamatan tubuh dan anggota badan anak tersebut. 'Akikah sah jika memenuhi syarat seperti syarat hewan Qurban, yaitu tidak cacat dan memasuki usia yang telah disyaratkan oleh agama Islam. Seperti dalam definisi tersebut di atas, bahwa akikah adalah menyembelih kambing pada hari ketujuh semenjak kelahiran seorang anak, sebagai rasa syukur kepada Allah. Tetapi boleh juga mengganti kambing dengan unta ataupun sapi dengan syarat unta atau sapi tersebut hanya untuk satu anak saja, tidak seperti kurban yang mana dibolehkan untuk 7 orang. Tetapi, sebagian ulama berpendapat bahwa akikah hanya boleh dengan menggunakan kambing saja, sesuai dalil-dalil yang datang dari Rasulullah saw.
     Ada perbedaan lain antara akikah dengan Qurban, kalau daging Qurban dibagi-bagikan dalam keadaan mentah, sedangkan akikah dibagi-bagikan dalam keadaan matang. Hikmah syariat akikah yakni dengan akikah, timbullah rasa kasih sayang di masyarakat karena mereka berkumpul dalam satu walimah sebagai tanda rasa syukur kepada Allah swt. Dengan akikah pula, berarti bebaslah tali belenggu yang menghalangi seorang anak untuk memberikan syafaat pada orang tuanya, dan lebih dari itu semua, bahwasanya akikah adalah menjalankan syiar Islam.

3.HIKMAH AKIKAH

Akikah Menurut Syaikh Abdullah nashih Ulwan dalam kitab Tarbiyatul Aulad Fil Islam sebagaimana dilansir di sebuah situs memiliki beberapa hikmah di antaranya:
  1. Menghidupkan sunah Nabi Muhammad  dalam meneladani Nabiyyullah Ibrahim alaihissalam tatkala Allah Subhanahu wa Ta’ala menebus putra ibrahim yang tercinta ismail alaihissalam.
  2. Dalam akikah ini mengandung unsur perlindungan dari syaitan yang dapat mengganggu anak yang terlahir itu, dan ini sesuai dengan makna hadis, yang artinya: “Setiap anak itu tergadai dengan akikahnya.” . Sehingga Anak yang telah ditunaikan akikahnya insya Allah lebih terlindung dari gangguan syaithan yang sering mengganggu anak-anak. Hal inilah yang dimaksud oleh Al-Imam ibnul qayyim Al-Jauziyah "bahwa lepasnya dia dari syaithan tergadai oleh akikahnya".
  3. Akikah merupakan tebusan hutang anak untuk memberikan syafaat bagi kedua orang tuanya kelak pada hari perhitungan. Sebagaimana imam ahmad mengatakan: "Dia tergadai dari memberikan Syafaat bagi kedua orang tuanya (dengan akikahnya)".
  4. Merupakan bentuk taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah  Subhanahu wa Ta’ala sekaligus sebagai wujud rasa syukur atas karunia yang dianugerahkan Allah  Subhanahu wa Ta'ala dengan lahirnya sang anak.
  5. Akikah sebagai sarana menampakkan rasa gembira dalam melaksanakan syari'at islam & bertambahnya keturunan mukmin yang akan memperbanyak umat Rasulullah pada hari kiamat.
  6. Akikah memperkuat ukhuwah (persaudaraan) di antara masyarakat
Menurut Drs. Zaki Ahmad dalam bukunya "Kiat Membina Anak Sholeh" disebutkan manfaat-manfaat yang akan didapat dengan berakikah, di antaranya:
  1. Membebaskan anak dari ketergadaian
  2. Pembelaan orang tua di hari kemudian
  3. Menghindarkan anak dari musibah dan kehancuran, sebagaimana pengorbanan Nabi Ismail dan Ibrahim
  4. Pembayaran hutang orang tua kepada anaknya
  5. Pengungkapan rasa gembira demi tegaknya Islam dan keluarnya keturunan yang di kemudian hari akan memperbanyak umat Nabi Muhammad SAW
  6. Memperkuat tali silahturahmi di antara anggota masyarakat dalam menyambut kedatangan anak yang baru lahir
  7. Sumber jaminan sosial dan menghapus kemiskinan di masyarakat
  8. Melepaskan bayi dari godaan setan dalam urusan dunia dan akhirat.