SYARAT AGAR KITA DAPAT BERKUMPUL BERSAMA KELUARGA DI SURGA
Reuni merupakan momen indah yang banyak ditunggu. Setelah sekian lama tidak berjumpa, dipisahkan oleh jarak dan rutinitas baru, kita berkeinginan untuk bertemu kembali dengan kawan lama dalam suasana gembira dan penuh nostalgia.
Kegiatan ini diselenggarakan bukan saja oleh mereka yang memiliki kesamaan sekolah, tapi seringkali dilakukan pula oleh paguyuban yang memiliki kesamaan keturunan, asal-usul daerah, atau kesamaan bentuk lainnya.
Meluasnya penggunaan teknologi informasi khususnya jejaring sosial yang mampu melacak keberadaan kawan lama telah ikut mendorong meningkatnya aktifitas reunian di berbagai kalangan. Suasana romantisme masa lalu telah membuat reuni menjadi peristiwa yang diharapkan. Bahkan diperjuangkan.
Bagi muslimin ada satu reuni yang memiliki nilai luar biasa, yaitu kesempatan bertemunya kembali keluarga besar seketurunan di tempat baru yang sangat menyenangkan di akhirat kelak.
Allah berfirman dalam QS Ar-Ra’d [13]: 22-24 yang artinya "Orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), yaitu Surga ‘Adn yang mereka masuk kedalamnya bersama-sama orang yang saleh dari bapak-bapak mereka, istri-istri mereka, dan anak-cucu mereka, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan), ‘salaamun alaikum bimaa shabartum (keselamatan atasmu berkat kesabaranmu). ‘Maka, alangkah baiknya tempat kesudahan itu"
Sayyid Quthb dalam "Tafsir Fi Zhilalil-Qur’an" menjelaskan peristiwa di atas laksana sebuah festival atau reuni dimana mereka saling bertemu, mengucapkan salam, dan melakukan perbuatan-perbuatan yang menyenangkan dan menggembirakan serta penuh dengan penghormatan.
Kebersamaan di surga tersebut tentu tidak mudah untuk dicapai, karena dalam kisah yang dijelaskan Alquran banyak keturunan/keluarga yang tidak lagi bisa bertemu di akhirat, seperti: Nabi Nuh dengan putra dan istrinya, Asiyah yang solehah dengan suaminya (Firaun), dan Nabi Luth dengan istrinya. Namun bertemunya keluarga besar di surga bukan pula sesuatu yang tidak mungkin.
Allah menjelaskan dalam QS. Ar-Ra’d [13] : 18-21 kita bersama keluarga besar bisa bertemu di surga ‘Adn, asal dapat memenuhi delapan syarat.
1. Pertama, memenuhi seruan Tuhannya Barang siapa yang patuh kepada Allah niscaya ia akan mendapatkan pembalasan yang sebaik-baiknya.
2. Kedua, memenuhi janji Allah dan tidak melanggar perjanjian. Janji Allah disini mutlak, meliputi semua macam perjanjian. Janji terbesar yang menjadi pokok pangkal semua perjanjian ialah janji iman. Perjanjian untuk setia menunaikan segala konsekuensi iman.
3. Ketiga, menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan. Dalam hal ini taat secara paripurna, istiqomah yang berkesinabungan, dan berjalan di atas sunnah sesuai dengan aturan-Nya dengan tidak menyimpang dan tidak berpaling.
4. Kempat, takut kepada Allah. Takut kepada Allah dan takut kepada siksaan yang buruk dan menyedihkan pada hari pertemuan yang menakutkan.
5. Kelima, sabar. Sabar atas semua beban perjanjian di atas (seperti beramal, berjihad, berdakwah, berijtihad), sabar dalam menghadapi kenikmatan dan kesusahan, dan sabar dalam menghadapi kebodohan dan kejahilan manusia yang sering menyesakkan hati.
6.Keenam, mendirikan Shalat. Ini termasuk juga memenuhi janji dengan Allah. Shalat ditonjolkan karena merupakan rukun pertama perjanjian ini, sekaligus menjadi lambang penghadapan diri secara tulus dan sempurna kepada Allah. Juga penghubungan yang jelas antara hamba dengan Tuhan, yang tulus dan suci.
7.Ketujuh, Menginfakkan sebagian rezeki secara sembunyi atau terang-terangan.
8. Kedelapan, menolak kejahatan dengan kebaikan dalam pergaulan sehari-hari. Dalam hal ini diperintahkan membalas kejelekan dengan kebaikan apabila tindakan ini memang dapat menolak kejahatan itu, bukan malah menjadikan yang bersangkutan semakin senang berbuat kejahatan.
Delapan syarat ini telah Allah jamin akan menghantarkan seseorang dapat berkumpul di surga ‘Adn. Mereka mendapati tempat kesudahan yang baik.
Di samping masuk surga, mereka juga dimuliakan dengan bertemunya kembali dengan orang-orang yang mereka cintai. Hal ini merupakan kelezatan lain yang mereka rasakan di dalam surga. Semoga kita termasuk di dalamnya. Amin.
MAHKOTA SURGAWI YANG DITERIMA DISURGA
Ada lima mahkota surgawi yang disebutkan dalam Perjanjian Baru, yang akan diberikan kepada para orang-percaya. Mereka adalah mahkota yang abadi, mahkota sukacita, mahkota kebenaran, mahkota kemuliaan, dan mahkota kehidupan. Kata Yunani yang diterjemahkan sebagai "mahkota" adalah stephanos(asal kata dari nama Stefanus, sang martir), yang memiliki makna "lambang kebangsawanan, hadiah dalam permainan atau simbol kehormatan pada umumnya."
Mahkota digunakan dalam pertandingan Yunani kuno; rangkaian atau untaian daun yang diletakkan di atas kepala pemenang sebagai hadiah untuk memenangkan kontes atletik. Kehormatan atletik ini digunakan sebagai kiasan dalam Perjanjian Baru terhadap imbalan surga yang Allah janjikan kepada orang-orang yang setia. 1 Korintus 9: 24-25 menjelaskan dengan baik bagaimana mahkota-mahkota tersebut diberikan.
1) Mahkota yang Abadi - (1 Korintus 9:24-25) "Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi."
Segala sesuatu yang ada di bumi ini akan membusuk dan binasa. Yesus mendorong kita untuk tidak mengumpulkan harta di bumi karena "ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya" (Mat 6:19). Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Paulus tentang untaian daun dari para atlet, yang segera akan berubah menjadi layu dan berguguran. Lain halnya dengan mahkota surgawi; ketekunan dari kesetiaan akan memenangkan imbalan surgawi yang merupakan "suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu" (1 Ptr 1:3-5).
2) Mahkota Sukacita - (1 Tesalonika 2:19) "Sebab siapakah pengharapan kami atau sukacita kami atau mahkota kemegahan kami di hadapan Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatangan-Nya, kalau bukan kamu?" Rasul Paulus menyerukan dalam Filipi 4:4 agar "bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan" atas berkat melimpah yang Allah telah anugerahkan kepada kita.
Sebagai orang Kristen, kita memiliki lebih banyak alasan untuk bersukacita dalam kehidupan ini ketimbang orang lain. Lukas mengatakan kepada kita bahwa ada sukacita di surga, bahkan pada saat ini (Luk 15:7). Mahkota sukacita akan menjadi imbalan kita di mana "Ia akan menghapus segala air mata . . . dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu" (Why 21:4).
3) Mahkota Kebenaran - (2 Timotius 4:8) "Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya." Kita mewarisi mahkota ini melalui kebenaran Kristus. Tanpa kebenaran Kristus, mahkota ini tidak dapat diperoleh. Karena mahkota ini dimiliki seseorang melalui kebenaran, yang tidak diperoleh dengan kekerasan atau penipuan, seperti halnya bagaimana mahkota duniawi didapatkan, mahkota ini merupakan mahkota yang kekal. Ini dijanjikan bagi semua orang yang mengasihi Allah dan menantikan kedatangan-Nya kembali.
Melalui keputusasaan, penganiayaan, penderitaan yang terus-menerus, atau bahkan kematian, kita tahu dengan pasti kalau upah kita adalah bersama dengan Kristus dalam kekekalan (Flp 3:20). Mahkota ini bukan untuk mereka yang bergantung pada kebenaran mereka sendiri. Sikap semacam itu hanya menghasilkan kesombongan dan keangkuhan, bukan kerinduan untuk bersama dengan Allah.
4) Mahkota Kemuliaan - (1 Petrus 5:4) "Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu." Kata kemuliaan ini adalah kata yang menarik, merujuk pada sifat Allah dan tindakan-Nya. Kata ini melibatkan kemegahan dan kecemerlangan-Nya yang luar biasa. Ingatlah Stefanus yang, sedang dilempari batu sampai mati, bisa melihat ke langit dan melihat kemuliaan Allah (Kis 7:55-56).
Kata ini juga berarti bahwa puji dan hormat yang kita berikan kepada Allah semata-mata karena-Nya dan karena siapa Dia (Yes 42:8; 48:11; Gal 1:5). Para orang-percaya sangat diberkati karena bisa masuk ke dalam kerajaan-Nya; untuk menerima mahkota kemuliaan; untuk menerima keserupaan dengan Kristus sendiri. Seperti yang Paulus katakan, "Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita" (Rm 8:18).
5) Mahkota Kehidupan - (Wahyu 2:10) "Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan." Mahkota ini adalah untuk semua orang-percaya, tapi khususnya diperuntukkan bagi mereka yang bertahan dalam penderitaan, berani dianiaya, bahkan sampai mati syahid karena Yesus.
Di Alkitab, kata kehidupan seringkali digunakan untuk merujuk kepada “hubungan yang benar dengan Allah.” Yesus berkata, "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan" (Yoh 10:10). Sama seperti udara, makanan, dan air yang sangat penting untuk kehidupan fisik, Yesus sangat penting untuk kehidupan rohani kita.
Dialah yang memberikan "air hidup." Dialah "roti hidup" (Yoh 4:10; 6:35). Kehidupan duniawi kita akan berakhir. Tapi, kita memiliki janji yang luar biasa bagi semua yang datang kepada Allah melalui Yesus: "Dan inilah janji yang telah dijanjikan-Nya sendiri kepada kita, yaitu hidup yang kekal" (1 Yoh 2:25).
Yakobus mengatakan bahwa mahkota kehidupan ini diperuntukkan bagi semua orang yang mengasihi Allah (Yak 1:12). Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana kita menunjukkan kasih kita kepada Allah? Rasul Yohanes menjawab pertanyaan ini: "Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat" (1 Yoh 5:3).
Sebagai anak-anak-Nya, kita harus mematuhi perintah-Nya, taat dengan penuh kesetiaan kepada-Nya. Jadi, ketika kita menanggung pencobaan, kesakitan, sakit hati, dan kesengsaraan yang pasti menimpa kita – selama kita hidup – kita bisa terus bergerak maju, selalu "dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan" (Ibr 12:2), untuk menerima mahkota kehidupan yang sudah menanti kita.
0 komentar: